And You Let Her Go


Hidup tidak pernah lepas dari pilihan. Entah pilihan sulit maupun yang mudah. Yang bisa kamu putuskan tanpa berpikir, maupun yang membuatmu menghabiskan waktu semalam penuh hanya untuk berpikir.  

Pada akhirnya, pilihanmu menunjukkan prioritasmu.
Dan yang aku tahu, pilihanmu tidak jatuh pada "aku".

Sebenarnya akan lebih mudah jika aku merubah sudut pandangku untuk memaklumimu, lagi. Tapi kurasa tidak perlu. Toh kamu juga tidak pernah berusaha untuk memahamiku. Hanya saja kali itu, pilihanmu menentukan pilihanku. Semacam diagram flowchart yang sudah memiliki sistemnya sendiri.

Aku menghabiskan sepanjang malam dengan mata sembab dan gumpalan - gumpalan tissue memenuhi lantai kamarku. Aku tidak akan menyalahkanmu. Karena mencintaimu, adalah pilihan yang kuambil di antara banyak pilihan lainnya.

Malam itu, rasa ini berdarah, lalu mati. Mungkin itu yang kusebut mati rasa.
Tidak ada lagi gambaran wajahmu di meja belajarku.
Tidak ada lagi tiket-tiket di dalam selipan dompetku.
Tidak ada lagi history chat yang biasanya kusimpan di handphone ku.
Tidak ada lagi percakapan yang menyangkut namamu.
Aku meredamnya. Menyegelnya sebagai 'benda keramat' yang tidak boleh kubuka, sambil berkali-kali berusaha menyakinkan diri (lebih tepatnya memaksa diri) untuk tidak rapuh padamu.

Kau tahu, ruangan untukmu akan tetap ada. Hanya saja aku sudah menguncinya, membuangnya ke dasar laut. Suatu saat, jika kamu bisa menemukan kuncinya, aku akan tetap mempersilakanmu untuk masuk. Tapi aku ragu kamu bisa menemukannya, jadi aku akan berhenti menunggu.

Selamat tinggal :)
Dari seseorang yang pernah mencintaimu dengan gila. Yang selalu menyelipkan namamu dalam doa malamnya. Yang menjadikanmu sebagai alasan untuk selalu memperbaiki diri. Yang jatuh cinta dengan senyum dan tawamu. 
Yang pernah berharap bisa menghabiskan seluruh waktunya bersamamu.

Share this:

, ,

WHAT DO YOU THINK?

0 comments:

Post a Comment

Large Grey Polka Dot Pointer