Hujan di dua warna


'Aku mencintai langit'
hanya itu yang selalu muncul saat aku mengingatmu.
Kita berdua memang mencintai langit dengan karakter yang berbeda.
Aku dengan langit biruku, dan kamu dengan langit jinggamu.

Berbeda memang, tapi bukankah jingga dan biru ada di satu tempat yang sama, yang kita sebut cakrawala?
Bukankah aku dan kamu adalah sama, hanya saja di sisi yang berbeda?

Tapi, jika kita sama, mengapa aku tak bisa menatap jingga yang kau sayangi? Mengapa selalu terlalu singkat untuk aku menikmatinya? Mengapa justru yang muncul hanyalah hitam yang menggeser jingga perlahan? Sampai aku menemukan sosokmu yang luruh dalam genggaman langit jingga yang kau kagumi.

'Aku mencintai hujan'
tiga kata yang selalu kita ucapkan saat bertukar cerita. Kita selalu berpikir hujan tak pernah memilih di langit mana ia akan jatuh.


Ia datang diantara jingga dan biru, menggantungkan tiap tetes kisah kita di sana, di antara ranting ranting kerontang yang menertawakan.
Tapi apakah kita benar - benar sama? atau justru benar - benar berbeda?
Apakah nantinya kisah itu akan hilang dalam perbedaan? atau justru karna persamaan itu sendiri? Dibunuh jingga dan biru. Jatuh. Menguap. Mati.

Share this:

,

CONVERSATION

2 comments:

Large Grey Polka Dot Pointer